Mengapapuasa ramadhan dapat menumbuhkan kedisiplinan kejujuran dan kepercayaan diri. Berikut ini mungkin penjelasan dari mengapa puasa ramadhan dapat menumbuhkan kedisiplinan kejujuran dan kepercayaan diri. Melatih kedisiplinan kejujuran dan percaya diri adalah hikmah jadi mengapa puasa ramadhan dapat menumbuhkan percaya diri serta jelaskan bahwa puasa ramadhan dapat memelihara kesehatan tubuh.
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID aO45Fj5n3T_73k2eG5OrQmNI_YDuOHhXgpsSidtuSgqAeQlawpe4XQ== Supayaibadah makin berkah, ikuti tips sahur seperti yang dijalani Rasulullah. 1. Jangan melewatkan sahur. sahur sunah rasulullah Foto: instagram. Makan saat dini hari memang tidak mudah, apalagi saat awal puasa. Tapi Rasulullah menganjurkan untuk makan sahur karena sahur juga masuk sebagai bagian dari ibadah puasa. Daftar Isi Apakah Boleh Berpuasa di Bulan Rajab? Dalil tentang Puasa Rajab Pendapat para Ulama tentang Puasa Rajab Hadis-Hadis Palsu tentang Puasa Rajab Jadi, Puasa Rajab Bid'ah atau Tidak? Medan - Puasa Rajab menjadi salah satu amalan yang sering dikerjakan sebagian besar Muslim Indonesia selama bulan ketujuh Tahun Hijriah ini. Bulan Rajab sendiri termasuk salah satu bulan bulan tersebut dianggap suci. Amalan saleh yang dikerjakan selama bulan haram akan digandakan-begitu pula dengan dosa perbuatan karena itu, orang pun ramai-ramai berpuasa untuk mendapatkan pahala yang banyak. Namun, pernahkah detikers mendengar bahwa puasa Rajab bid'ah alias amalan yang diada-adakan? Merujuk berbagai sumber dan salah satu ceramah Buya Yahya yang diunggah oleh kanal YouTube Al-Bahjah TV, berikut detikSumut hadirkan jawaban mengenai apakah puasa Rajab bid'ah atau tidak untukmu!Apakah Boleh Berpuasa di Bulan Rajab?Dalam ceramahnya, Buya Yahya mengingatkan bahwa puasa merupakan salah satu amalan yang disukai oleh Allah SWT. Hal itu seperti yang tersirat dalam hadis berikutDari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,"Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak misik kasturi." HR. Bukhari, no. 1894 dan Muslim no. 1151.Dari situ, sudah jelas bahwa puasa secara umum merupakan ibadah yang sangat juga menimpali, larangan berpuasa di hari-hari tertentu cukup terbatas. Seorang muslim dilarang melakukan saum hanya pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, hari tasyrik 11, 12, 13 Zulhijah, dan beberapa hari terakhir bulan luar dari hari-hari tersebut, kaum muslimin dapat mengerjakan ibadah puasa sunah. Dalam bahasanya, Buya Yahya menegaskan bahwa semua amalan ibadah yang dapat dilakukan di luar bulan Rajab juga boleh dikerjakan di bulan berarti, puasa-puasa yang dapat dikerjakan di luar Rajab sejatinya juga bisa dilakukan selama bulan adakah dalil yang memang mengkhususkan puasa di bulan Rajab? Lanjut baca untuk menemukan jawabannya, ya!Dalil tentang Puasa RajabTerkait hal ini, terdapat sebuah hadis sahih yang menceritakan bahwa Nabi SAW pernah berpuasa di bulan Rajab. Ini dapat dilihat dari Shahih Muslim hadis nomor 1960. Dari Utsman bin Hakim Al Anshari, bunyinya adalah"Saya bertanya kepada Sa'id bin Jubair mengenai puasa Rajab, dan saat itu kami berada di bulan Rajab. Maka, ia pun menjawab, 'Saya telah mendengar Ibnu Abbas radliallahu 'anhuma berkata, 'Dulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berpuasa hingga kami berkata bahwa beliau tidak akan berbuka. Dan beliau juga pernah berbuka hingga kami berkata bahwa beliau tidak akan puasa.'"Buya Yahya menerangkan, dari riwayat tadi, bisa dipahami bahwa Rasulullah pernah rutin menjalankan ibadah puasa sampai tidak ada yang tertinggal selama bulan Rajab. Itulah mengapa Sa'id bin Jubair mengatakan "bahwa beliau tidak akan berbuka".Akan tetapi, di lain kesempatan, Nabi juga pernah hampir tidak berpuasa sama sekali saat bulan Rajab sampai-sampai sahabat berkata "beliau tidak akan puasa".Berdasarkan kebiasaan Rasulullah yang melakukan dan meninggalkan saum tersebut, Buya Yahya mengatakan, ini artinya puasa di bulan Rajab adalah amalan apabila detikers berpuasa di bulan Rajab, maka kamu telah melaksanakan amalan sunah. Namun, jika tidak mengerjakannya, maka kamu sebatas tidak mendapatkan keutamaan sunah para Ulama tentang Puasa RajabDalam cermahnya, Buya Yahya juga menambahkan pendapat jumhur ulama terkait puasa di bulan Rajab yang tertuang dalam kitab fikih. Ia mengatakan, empat mahzab-Maliki, Syafi'i, Hambali, dan Hanafi-sepakat bahwa puasa bulan Rajab adalah tetapi, menurut sebagai mahzab Hambali, puasa Rajab dipandang sebagai makruh apabila dikerjakan selama 1 bulan penuh. Akan tetapi, kemakruhan tersebut dapat hilang jikaada satu hari dalam bulan Rajab yang sengaja ditinggalkan untuk tidak berpuasa,disambung dengan berpuasa di bulan selanjutnya Syakban,didahului dengan berpuasa di bulan sebelumnya Jumadil Akhir, danberpuasa di bulan selain Rajab walaupun hanya satu hal yang membuat makruh tersebut ditunaikan, maka hukum puasa Rajab kembali jatuh ke dalam kenapa ada yang mengatakan kalau puasa Rajab bid'ah? Berikut ulasannya di bagian Palsu tentang Puasa RajabSejumlah kalangan memandang puasa rajab sebagai bidah. Sebagai informasi, bidah adalah ibadah baru yang diciptakan tanpa berlandaskan syariat atau tidak memiliki dalil yang yang menganggap bidah berangkat dari banyaknya hadis-hadis daif lemah dan palsu tentang keutamaan yang didapat dari mengerjakan puasa ceramahnya, Buya Yahya tidak menjelaskan lebih rinci tentang hadis-hadis palsu tersebut. Namun, dirinya mengiyakan bahwa ada "riwayat tidak benar" mengenai keutamaan puasa menambahkan, berikut detikSumut sajikan sejumlah hadis-hadis palsu terkait puasa Rajab yang dikutip dari laman Almanhaj"Rajab bulan Allah, Syakban bulanku, dan Ramadan adalah bulan umatku." dinilai palsu"Barangsiapa puasa satu hari di bulan Rajab dan salat empat rakaat, di rakaat pertama baca 'Ayat Kursi' seratus kali dan di rakaat kedua baca 'surat Al-Ikhlas' seratus kali, maka dia tidak mati hingga melihat tempatnya di surga atau diperlihatkan kepadanya sebelum ia mati". dinilai palsu"Barangsiapa puasa satu hari di bulan Rajab ganjarannya sama dengan berpuasa satu bulan." dinilai sangat lemah"Sesungguhnya di surga ada sungai yang dinamakan 'Rajab'. Airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu. Barangsiapa yang puasa satu hari pada bulan Rajab, maka Allah akan memberikan minum kepadanya dari air sungai itu." dinilai batil"Barangsiapa berpuasa tiga hari pada bulan Rajab, dituliskan baginya ganjaran puasa satu bulan, barangsiapa berpuasa tujuh hari pada bulan Rajab, maka Allah tutupkan baginya tujuh buah pintu api neraka, barangsiapa yang berpuasa delapan hari pada bulan Rajab, maka Allah membukakan baginya delapan buah pintu dari pintu-pintu surga. Dan barangsiapa puasa nisfu setengah bulan Rajab, maka Allah akan menghisabnya dengan hisab yang mudah." dinilai palsuAdapun hadis populer tentang anjuran puasa Rajab yang didasarkan pada percakapan Al Bahili dan Rasulullah SAW juga tergolong daif atau dari isi hadisnya adalah sebagai berikutDari Mujibah Al Bahiliyyah, dari ayahnya atau pamannya, "Sesungguhnya ia mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu ia pergi kemudian mendatangi beliau lagi setelah satu tahun, di mana keadaannya dan dirinya telah berkata, "Wahai Rasulullah, tidakkah engkau mengenaliku?"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Siapakah engkau?"Ia menjawab, "Aku, Al Bahili yang datang kepadamu setahun yang lalu."Beliau bersabda, "Apa yang mengubahmu, padahal dulu keadaanmu baik."Ia berkata, "Aku tidak makan apa pun sejak aku berpisah denganmu, kecuali pada malam hari saja."Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu bersabda, "Engkau telah menyiksa dirimu sendiri."Kemudian beliau bersabda, "Puasalah pada bulan Ash Shabr kesabaran dan satu hari di setiap bulan."Ia berkata, "Tambahkanlah untukku karena aku memiliki kekuatan."Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Puasalah dua hari setiap bulan."Ia berkata, "Tambahkanlah untukku."Beliau bersabda, "Puasalah tiga hari."Ia berkata, "Tambahkanlah untukku."Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Berpuasalah pada bulan-bulan haram dan tinggalkanlah. Berpuasalah pada bulan-bulan haram dan tinggalkanlah. Berpuasalah pada bulan-bulan haram dan tinggalkanlah."Beliau berkata sambil berisyarat dengan tiga jarinya, beliau satukan ketiganya kemudian beliau pisahkan."Al Hafizh Abu Thohir menilai sanad hadis tersebut sebagai daif karena keadaan Mujibah. Spesifiknya, Syaikh Salim bin 'Ied Al Hilaliy mengatakan bahwa Mujibah Al Bahiliyyah tidak Puasa Rajab Bid'ah atau Tidak?Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa puasa di bulan Rajab bukan termasuk bidah. Malahan, mengerjakannya termasuk sunah karena Rasulullah dahulu juga pernah yang tidak benar adalah mengkhususkan berpuasa pada hari-hari tertentu di bulan Rajab beserta keistimewaannya. Pasalnya, tidak ada dalil sahih yang menjelaskan hal kesahihannya tidak teruji, maka detikers tidak dapat menjadikannya sebagai sandaran untuk melakukan puasa kata, detikers boleh melakukan puasa di bulan Rajab, mulai dari puasa Senin-Kamis, puasa Daud, ayyamul bidh, ataupun qada puasa. Namun, untuk puasa khusus di hari pertama, kedua, ataupun ketiga bulan Rajab dan yang lainnya, amalan seperti itu tidak didasarkan pada dalil sahih sehingga tidak sebaiknya untuk dikerjakan. Wallahua'lam bishawab. Simak Video " Jadwal Puasa Rajab, Bacaan Niat dan 6 Keutamaannya" [GambasVideo 20detik] dpw/dpw
RasulullahSAW. pernah. mengatakan: "Puasalah kamu, supaya sehat". 5. Melatih kesabaran (pengendalian diri). Ibadah puasa dapat juga membentuk sikap sabar. Sedangkan sabar adalah sikap utama untuk sukses. Contohnya, orang yang ingin sukses dan berprestasi di sekolah harus sabar dalam belajar. Ingin sukses bermain bola harus juga sabar berlatih.
Puasa adalah karakteristik moral dan spiritual Islam yang unik. Berpuasan Didefinisikan secara harfiah, kata puasa berarti menjauhkan "sepenuhnya" dari makanan, minuman, hubungan intim dan merokok, sebelum fajar hingga matahari terbenam, selama bulan Ramadhan, bulan kesembilan tahun Islam. Tetapi jika kita membatasi makna Puasa Islam hanya pada pengertian literal dari ucapan ini, kita akan keliru. Baca Bulan Suci Ramadhan Pengertian, Hikmah dan Rukun Puasa Ramadhan Ketika Islam memperkenalkan pranata atau institusi yang merupakan salah satu dari rukun Islam ini, agama Islam menanam pohon kebajikan yang tak terbatas dan produk yang tak ternilai. Berikut ini penjelasan tentang pentinnya makna spiritual dari Puasa dalam pengertian Agama Islam Puasa mengajarkan manusia prinsip Cinta yang tulus karena ketika umat Islam melaksanakan ibadah Puasa, dia melakukannya karena cinta yang mendalam kepada Allah. Dan Muslim yang benar-benar mencintai Allah adalah umat yang benar-benar tahu apa itu cinta. Puasa memperlengkapi manusia dengan perasaan kreatif tentang harapan dan pandangan optimis tentang kehidupan; karena ketika dia berpuasa dia berharap untuk menyenangkan Allah dan mencari rahmat-Nya. Puasa menanamkan dalam diri manusia keutamaan sejati dari pengabdian yang efektif, dedikasi yang jujur ​​dan kedekatan dengan Allah SWT; karena ketika dia berpuasa dia melakukannya semata untuk Allah SWT dan hanya demi Dia. Puasa memupuk hati nurani yang sehat dan bijaksana; karena orang yang berpuasa menyimpan puasanya secara rahasia maupun di depan umum. Dalam kata ucapan berpuasa, khususnya, tidak ada otoritas duniawi untuk memeriksa perilaku manusia atau memaksanya untuk menjalankan puasa. Umat Islam menyimpannya untuk menyenangkan Allah dan memuaskan hati nuraninya sendiri dengan setia di tempat umum. Tidak ada cara yang lebih baik untuk menumbuhkan hati nurani yang sehat dalam diri manusia. Puasa Ramadhan mengindoktrinasi manusia dalam kesabaran dan tidak mementingkan diri sendiri, karena melalui puasa, dia merasakan sakitnya kekurangan tetapi dia menanggungnya dengan sabar. Puasa adalah pelajaran efektif dalam penerapan moderasi dan kemauan keras. Berpuasa juga memberi manusia jiwa yang transparan, pikiran jernih, dan tubuh yang ringan. Berpuasa menunjukkan kepada manusia cara baru penghematan yang bijaksana dan penganggaran yang sehat. Berpuasa memungkinkan manusia untuk menguasai seni Kemampuan Beradaptasi dengan Dewasa. Kita dapat dengan mudah memahami intinya begitu kita menyadari bahwa puasa membuat manusia mengubah seluruh jalan hidupnya sehari-hari. Berpuasa alasan manusia dalam disiplin dan kelangsungan hidup yang sehat. Puasa Ramadhan berasal dalam diri manusia roh sejati dari kepemilikan sosial, persatuan dan persaudaraan, kesetaraan di hadapan Allah serta di hadapan hukum. Berpuasa di bulan Ramadhan adalah resep Ilahi untuk jaminan diri dan kontrol diri. Ramadhan merupakan puasa wajib bagi setiap Muslim yang bertanggung jawab dan sehat. Tetapi ada saat-saat lain ketika dianjurkan untuk melakukan puasa sukarela, setelah Tradisi Nabi Muhammad. Di antara waktu-waktu ini adalah hari Senin dan Kamis setiap minggu, beberapa hari setiap bulan dalam dua bulan yang menandai kedatangan Ramadhan, yaitu, bulan Rajab dan bulan sya'ban, enam hari setelah Ramadhan setelah 'Hari Raya Idul Fitri. Selain itu, bagi yang berhalangan puasa dibulan Ramadhan dengan ketentuan yang telah ditetapkan, maka kita harus mengganti puasa setiap hari dalam bulan apa pun sepanjang tahun, kecuali pada Hari Raya Idul Fitri dan Jumat ketika tidak ada Muslim yang boleh berpuasa. Namun, sekali lagi bahwa satu-satunya puasa wajib adalah Ramadhan yang mungkin 29 atau 30 hari, tergantung pada posisi bulan. Puasa Ramadhan adalah rukun Islam, dan apabila tidak melaksanakan nya tanpa alasan yang masuk akal adalah dosa besar di hadapan Allah. Berikut kurikulum pelajarancg Agama Islam dalam menyambut bulan suci Ramadhan untuk pengertian, ketentuan dan rukun puasa Ramadhan. Daftar Isi PENGERTIAN PUASA RAMADHAN? SIAPA YANG HARUS BERPUASA? RUKUN HAL YANG MEMBATALKAN PUASA? HAL YANG MERUSAK PAHALA PUASA? MEMPERBANYAK KEBAIKAN DI BULAN RAMADHAN MANFAAT PUASA RAMADHAN? KESIMPULAN PENGERTIAN PUASA, KETENTUAN DAN MANFAAT PUASA RAMADHAN PENGERTIAN PUASA RAMADHAN? Secara etimologi kata puasa jika dilihat dalam bahasa Arab disebut saum atau siyam, artinya menahan diri dari segala sesuatu, seperti menahan makan, minum, nafsu, dan menahan berbicara yang tidak bermanfaat. Sedangkan puasa menurut ajaran agama Islam artinya menahan diri dari hal-hal yang membatalkannya sejak terbit fajar sampai terbenam matahari, dengan niat dan beberapa syarat. SIAPA YANG HARUS BERPUASA? Puasa Ramadhan adalah wajib bagi setiap Muslim, pria atau wanita, yang telah memenuhi ketentuan-ketentuan atau syarat Syarat wajib puasa Syarat wajib artinya apabila syarat-syarat ini terdapat pada diri seseorang, maka orang tersebut wajib berpuasa, yaitu Berakal sehat. Orang gila/hilang akal tidak wajib berpuasa. Balig atau dewasa. Anak-anak yang belum balig tidak wajib berpuasa. Kuat berpuasa. Orang yang lemah fisik tidak wajib berpuasa. Misalnya lemah karena tua boleh tidak puasa tetapi menggantinya dengan fidyah. Demikian juga orang yang sedang sakit boleh tidak puasa tetapi wajib mengganti puasa dihari lain setelah sembuh. Apakah fidyah itu? Fidyah adalah denda sebagai ganti bagi orang yang tidak mampu melakukan puasa. Caranya adalah memberi makan setiap hari sejumlah hari di mana orang yang bersangkutan tidak berpuasa kepada orang yang fakir atau miskin. Banyaknya satu mud. Satu mud adalah ukuran berat 626 gram. Fidyah bisa berupa beras atau makanan pokok yang mengenyangkan. Syarat sah puasa Syarat sah puasa, artinya apabila syarat ini terdapat pada seseorang maka puasanya sah, yaitu sebagai berikut. Islam, orang yang tidak beragama Islam tidak sah berpuasa. Berakal, orang yang tidak berakal gila atau orang yang dalam keadaan mabuk tidak sah berpuasa. Mumayyiz/Tamyiz, yaitu cerdas dan dapat membedakan antara yang baik dan buruk. Suci dari haid bagi wanita. Orang yang haid tidak sah berpuasa. Adapun nifas adalah kondisi setelah seorang ibu melahirkan. Mereka juga tidak sah berpuasa. Dalam waktu yang diperbolehkan berpuasa bulan Ramadhan. Kita dilarang berpuasa pada dua hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, dan hari Tasyriq, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 bulan Haji. RUKUN Adapun rukun puasa ada dua. Pertama, berniat, yaitu menyengaja puasa Ramadhan. Waktunya setelah matahari terbenam sampai sebelum terbit fajar saddiq. Kedua, menahan dari segala yang dapat membatalkan puasa mulai dari terbit fajar saddiq hingga terbenam matahari. HAL YANG MEMBATALKAN PUASA? Adapun hal-hal yang dapat membatalkan puasa adalah Makan atau minum dengan sengaja. Muntah dengan sengaja Datang bulan/haid atau melahirkan Hilang akal/gila walaupun sebentar Murtad keluar dari agama Islam. HAL YANG MERUSAK PAHALA PUASA? Adapun hal-hal yang dapat merusak pahala puasa adalah apabila seseorang sedang berpuasa, lalu melakukan perbuatan tercela maka rusak atau berkurang pahala ibadah puasanya. Contoh perbuatan tercela adalah berdusta, menghina, menghasut, memfitnah, berkata kotor, berkelahi atau bertengkar, dan sebagainya. Apabila seseorang sedang berpuasa tetapi melakukan perkelahian, maka puasanya tetap sah namun tidak mendapatkan pahala. MEMPERBANYAK KEBAIKAN DI BULAN RAMADHAN Mari memperbanyak kebaikan di bulan Ramadhan. Karena Rasulullah saw. suka berbuat kebaikan. Berikut ini adalah contoh-contoh perbuatan baik yang selalu dilakukan beliau. 1. Salat Tarawih Berjamaah Di Malam Hari Setelah Salat Isya. Setiap malam pada bulan Ramadhan orang-orang dewasa dan anak-anak, laki-laki dan perempuan, berbondong-bondong pergi ke masjid, musallah. Mereka melaksanakan salat tarawih dan witir. 2. Tadarus al-Qur'an Tadarus al-Qur'an artinya membaca al-Qur'an secara tartil dengan tajwid dan makhraj yang benar atau dengan bacaan yang fasih. Selain membaca, ada lagi yang mempelajari isi kandungan al-Qur'an. Tadarus dapat dilaksanakan sendiri-sendiri atau dengan cara bergantian, yaitu salah seorang peserta membaca al-Qur'an sedangkan yang lainnya menyimak atau memperhatikan bacaan tersebut. Ketika dijumpai kesalahan membaca, maka peserta yang lainnya segera membenarkannya sesuai dengan bacaansemestinya. Tidak dibenarkan jika salah seorang membaca al-Qur'an sedangkan yang lainnya asik bercerita di dekat orang yang membaca al-Qur'an tersebut. 3. Memperbanyak Sedekah Bersedekah maksudnya memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada orang lain dengan niat ikhlas karena mengharap ridha Allah Swt. Apabila ketentuan-ketentuan diatas dapat dipenuhi, puasa seseorang dapat memberi manfaat dan pasti memperoleh predikat takwa. MANFAAT PUASA RAMADHAN? Mari meraih manfaat ibadah puasa Ramadhan. Manfaat-manfaat orang yang berpuasa terutama puasa Ramadhan sangat banyak, di antaranya hal-hal berikut. 1. Ungkapan Rasa Syukur kepada Allah Swt. Ibadah puasa dan ibadah lainnya merupakan ungkapan rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah Swt. 2. Melatih Kejujuran Di saat berpuasa, kita menahan lapar dan dahaga, mampu untuk tidak makan dan minum meskipun tidak ada yang melihat. Kita yakin bahwa Allah Swt. Maha Melihat 3. Menanamkan Rasa Kasih Sayang Dengan berpuasa, kita dapat merasakan penderitaan orang lain. Banyak di antara mereka kelaparan dan kehausan. Sesama manusia, kita harus mengasihi dan menyayangi dengan memberikan bantuan agar mereka juga merasakan kebahagiaan. 4. Sehat Jasmani dan Rohani Orang yang berpuasa akan merasakan sehat jasmani dan rohaninya. Rasulullah saw. pernah mengatakan “Puasalah kamu, supaya sehat”. 5. Melatih Kesabaran Pengendalian Diri Ibadah puasa dapat juga membentuk sikap sabar. Sedangkan sabar adalah sikap utama untuk sukses. Contohnya, orang yang ingin sukses dan berprestasi di sekolah harus sabar dalam belajar. Ingin sukses bermain bola harus juga sabar berlatih. Ingin sukses masuk surga sekalipun harus sabar mentaati perintah Allah Swt. Jadi bagi yang ingin sukses di dunia dan akhirat harus menggunakan sikap sabar. Baca BELAJAR BAHASA INGGRIS DAN ARTINYA DARI KATA UCAPAN SELAMAT BERBUKA PUASA RAMADHAN BELAJAR BAHASA INGGRIS DAN ARTINYA DARI KATA UCAPAN SELAMAT BERPUASA RAMADHAN APA ITU BUKA PUASA DAN SAHUR SELAMA BULAN RAMADHAN? KESIMPULAN PENGERTIAN PUASA, KETENTUAN DAN MANFAAT PUASA RAMADHAN Dari penjelasan mengenai pengertian puasa, manfaat dan ketentuan puasa Ramadan untuk pelajaran Agama Islam dari tulisan diatas, beberapa kesimpulan bisa didapa sebagai karakteristik moral dan spiritual Islam adalah Puasa Ramadhan adalah perintah Allah Swt. sebagaimana terdapat dalam al-Qur'an Surah al-Baqarah ayat 183. Berpuasa pada bulan Ramadhan untuk meraih derajat tertinggi, yaitu “takwa”. Puasa memiliki ketentuan-ketentuan, seperti syarat wajib puasa, syarat sah puasa, rukun puasa, dan yang membatalkan puasa. Pada bulan puasa dianjurkan memperbanyak amal ibadah, seperti salat tarawih berjamaah, tadarus al-Qur'an, dan memperbanyak sedekah. Puasa Ramadhan mengandung banyak manfaat, di antaranya ungkapan rasa syukur kepada Allah Swt., melatih kejujuran, menanamkan rasa kasih sayang, sehat jasmani dan rohani, dan melatih kesabaran pengendalian diri. Daftar Pustaka El-Ashi,Arafat, Dr. Fasting in Islam. Muslim World League Canada Office Ghozaly, Feisal dan Ismail, Buchori Achmad. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SD/MI KELAS 5 Kurikulum 2013 edisi revisi 2017. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud iniagama •makasih udah jawab 2Lihat jawabanIklanIklan erdin14erdin14Jawaban dalam quran dijelas kan Wahai orang orang yang beriman berpuasalah engkau atas orang OLEH HASANUL RIZQA Kini, umat Islam sedunia bersuka cita karena kembali menjumpai Ramadhan. Sepanjang bulan yang penuh keberkahan ini, kaum Muslimin diwajibkan berpuasa. Dalilnya adalah Alquran surah al-Baqarah ayat 183, yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” Firman Allah Ta’ala itu setidaknya mengisyaratkan dua hal. Pertama, shaum memiliki tujuan utama, yakni meningkatkan kualitas takwa. Dengan berpuasa, kaum Muslimin diharapkan semakin menaati perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya. Apabila amalan tersebut hanya dimaknai sebagai menahan makan dan minum selama belasan jam seharian, sungguh sia-sia belaka. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi ia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya itu kecuali rasa lapar dan dahaga.” Isyarat kedua adalah, ibadah shaum ternyata pernah dilakukan orang-orang Mukmin pada zaman silam. Walaupun hidup jauh sebelum masa Rasulullah SAW, mereka merupakan Muslim karena juga menganut tauhid. Mereka meyakini keesaan Allah serta menyembah hanya kepada-Nya. Isyarat kedua adalah, ibadah shaum ternyata pernah dilakukan orang-orang Mukmin pada zaman silam. Walaupun hidup jauh sebelum masa Rasulullah SAW, mereka merupakan Muslim karena juga menganut tauhid. Allah menegaskan dalam surah Yunus ayat 47 bahwa “setiap umat mempunyai rasul.” Berkaitan dengan itu, ibadah puasa yang dijalankan kaum Mukminin pasti merujuk pada syariat yang dibawa utusan-Nya pada kurun waktu tertentu. Itu baik pada masa sebelum maupun sejak dakwah Rasulullah Muhammad SAW. Sebagai contoh adalah Nabi Adam AS. Bersama dengan istrinya, Siti Hawa, ia diturunkan oleh Allah Ta’ala dari surga ke muka bumi. Sebab, keduanya telah tergoda rayuan setan sehingga melanggar perintah-Nya, yakni jangan mendekati Pohon Khuldi. Sebelum diturunkan ke bumi, bapak umat manusia itu berpuasa. Ia dan sang istri juga memohon ampun kepada Allah atas dosa yang telah dilakukannya. Doa mereka diabadikan dalam Alquran surah al-A’raf ayat 23, “Rabbanaa zalamnaaa anfusanaa, wa illam taghfir lanaa wa tarhamnaa lanakuunanna minal khaasiriin.” Artinya, “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” Di bumi, Nabi Adam dan Hawa sempat terpisah satu sama lain. Atas izin Allah, keduanya kembali dipertemukan di Padang Arafah. Menurut Ibnu Katsir, Nabi Adam berpuasa selama tiga hari tiap bulan sepanjang tahun. Riwayat lain mengatakan bahwa sang nabi berpuasa tiap tanggal 10 Muharram sebagai ungkapan rasa syukur ke hadirat Allah atas nikmat berjumpa kembali dengan sang istri. Sebuah pendapat menyebutkan, Nabi Adam berpuasa sehari semalam saat ia diturunkan dari surga. Shiam juga diamalkan Nabi Nuh AS. Ibadah tersebut dilakukan sang rasul pertama ketika berada di tengah umatnya dalam bahtera besar. Di luar kendaraan tersebut, banjir yang amat dahsyat mengepung segenap penjuru. Bencana itu menjadi azab bagi kaum yang dimurkai Allah. Salah seorang yang merasakan musibah itu adalah Kan’an bin Nuh AS. Saat air memancar dari mana-mana dan turun pula hujan badai dari langit dengan amat derasnya, putra sang nabi itu berusaha naik ke perbukitan. Pemuda ini tidak memedulikan ajakan ayahnya yang memintanya untuk segera ikut masuk ke dalam bahtera. Kisah bapak dan anak itu terdapat dalam Alquran surah Hud ayat 42-46. Di akhir cerita, Kan’an tetap menolak imbauan ayahnya sehingga ia termasuk orang-orang yang tenggelam dalam banjir besar. Sebelum anaknya itu hilang dari pandangan, Nabi Nuh sesungguhnya sempat memohon kepada Allah agar sang putra diselamatkan. Namun, Dia berkehendak bahwa Kan’an mendapatkan azab lantaran maksiat dan keingkarannya. Sang nabi kemudian menyadari teguran-Nya itu sehingga berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu untuk memohon kepada-Mu sesuatu yang aku tidak mengetahui hakikatnya” QS Hud 47. Menurut Ibnu Katsir dalam sebuah kitabnya, Nabi Nuh setiap hari berpuasa saat sedang berada di atas perahu besar yang menampung manusia dan hewan-hewan atas izin Allah. Menurut Ibnu Katsir dalam sebuah kitabnya, Nabi Nuh setiap hari berpuasa saat sedang berada di atas perahu besar yang menampung manusia dan hewan-hewan atas izin Allah. Dengan penuh kesabaran, salah seorang rasul Ulul Azmi itu menjalankan perintah Allah. Menukil penjelasan dari Ibnu Majah, Ibnu Katsir mengatakan, shaum yang diamalkan Nabi Nuh itu berlangsung tiap hari selama setahun penuh, kecuali pada dua hari raya. Nabi Ibrahim AS pun akrab dengan ibadah puasa. Leluhur bangsa Arab dan Bani Israil itu diketahui berpuasa ketika Raja Namruz hendak membakarnya hidup-hidup. Eksekusi itu diawali dari keberanian sang nabi dalam menghancurkan berhala-berhala yang disembah raja tersebut dan rakyat di kuil. Begitu menyaksikan keadaan sesembahannya, Namruz amat murka. Kepada siapa lagi tuduhan dialamatkan kalau bukan Ibrahim? Beberapa waktu sebelum kejadian penghancuran berhala, pemuda tersebut sudah berani mendebat Raja Namruz. Dalam sebuah jamuan resmi di istana, penguasa Babilonia Irak Kuno itu bertanya kepada hadirin, siapakah Tuhan mereka. Kompak semuanya menjawab, “Engkaulah Tuhan kami, wahai Namruz!” Hanya Ibrahim yang tidak setuju sehingga mendebat si tuan rumah. Dialog atau perdebatan itu diabadikan dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 258. Artinya, “Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya karena Allah telah memberinya kerajaan kekuasaan. Ketika Ibrahim berkata, Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,’ ia Namruz berkata, Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.’ Ibrahim berkata, Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia matahari dari barat.’ Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.” Tanpa berlama-lama lagi, Namruz segera menginstruksikan para prajuritnya untuk menangkap Ibrahim AS. Hukuman untuk anak muda yang berjiwa tauhid ini adalah dibakar hidup-hidup. Pemimpin Babilonia itu memerintahkan pengumpulan kayu bakar dari seluruh penjuru negeri. “Bukit kayu” yang menjulang tinggi itu kemudian dibakar. Menjelang dan ketika dilemparkan ke kobaran api besar, Nabi Ibrahim AS dalam keadaaan berpuasa. Allah berkehendak menunjukkan kemahakuasaan-Nya. Api yang menyala-nyala itu dijadikan-Nya dingin sehingga selamatlah sang Khalilullah. “Kami Allah berfirman, Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!’.” QS al-Anbiya 69. Seorang rasul Ulul Azmi lainnya juga pernah berpuasa. Nabi Musa AS, tutur Ibnu Katsir, melakukan amalan tersebut ketika sedang bermunajat di Bukit Thursina selama 40 malam. Di tempat yang syahdu itulah, saudara Nabi Harun AS tersebut menerima kitab Taurat dari-Nya. Nabi Yusuf AS pun berpuasa. Ibadah itu dilakukannya tatkala menjalani hari-hari dalam masa tahanan. Putra Nabi Ya’qub AS itu dipenjara karena difitnah telah berbuat yang tidak senonoh dengan Zulaikha, istri seorang petinggi Negeri Mesir. Nabi Yunus AS berpuasa ketika berada dalam perut ikan paus. Nabi lainnya, yaitu Syuaib AS, diketahui merutinkan puasa walaupun telah berusia senja. Nabi Ayub AS diuji dengan pelbagai musibah dan penyakit. Sang teladan kesabaran itu menjadikan ibadah puasa sebagai cara mendekatkan diri kepada Allah SWT. Nabi Daud AS berpuasa secara terpola, yakni selang satu hari berpuasa dan sehari kemudian tidak. Kebiasaan yang diamalkan ayahanda Nabi Sulaiman AS tersebut hingga kini masih dijalankan oleh umat Nabi Muhammad SAW. Nabi Daud AS berpuasa secara terpola, yakni selang satu hari berpuasa dan sehari kemudian tidak. Kebiasaan yang diamalkan ayahanda Nabi Sulaiman AS tersebut hingga kini masih dijalankan oleh umat Nabi Muhammad SAW. Demikianlah, puasa bukan sebuah ibadah yang baru dikenal pada masa Rasulullah SAW. Jauh sebelum Alquran diturunkan kepada beliau, umat-umat yang bertauhid telah menjalankan shaum sebagai ritual pembersihan diri. Maka bersyukurlah kaum Muslimin karena telah diwajibkan berpuasa kala Ramadhan. Dalam sebuah hadis qudsi, Allah berfirman, “Semua amal ibadah anak Adam untuk mereka sendiri kecuali puasa. Sesungguhnya puasa untuk-Ku dan Aku pula yang akan membalasnya.” Sebelum Turun Perintah Shaum Dalam bahasa Arab, puasa’ merupakan shaum jamak shiyam. Makna kata tersebut dekat dengan imsak, yang berarti menahan.’ Secara syariat, puasa adalah menahan makan dan minum serta semua yang membatalkannya semenjak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Sebelum Allah mewajibkan puasa pada bulan Ramadhan bagi umat Nabi Muhammad SAW, tradisi berpuasa sudah ada di tengah masyarakat Arab. Menurut Ulin Nuha Karim dalam artikelnya, “Puasa Umat Islam Sebelum Turun Ayat Kewajiban Puasa Ramadhan”, wahyu yang menerangkan kewajiban shaum Ramadhan turun pada tahun kedua Hijriyah pada bulan Sya’ban. Dengan demikian, ada masa selama 15 tahun kenabian yang di dalamnya tidak terdapat keharusan berpuasa Ramadhan. Sekadar catatan, Rasulullah SAW hijrah dari Makkah ke Madinah pada tahun ke-13 kenabian. Maka, bagaimana ritual puasa yang muncul di tengah umat Islam dalam periode 15 tahun itu? Ulin Nuha menukil pendapat Dr Muhammad Hasan Hitou dalam Fiqhu Shiyam. Menurutnya, pensyariatan puasa pada masa awal Islam dimulai dengan shaum tiga hari setiap bulan. Ketiga hari itu dimulai sejak tanggal 13 dan berakhir pada tanggal 15 per bulan Kamariah—kecuali hari-hari Tasyrik pada Dzulhijjah. Durasi itu tiga hari itu akhirnya dikenal sebagai ayyamul bidh. Dari Abdullah bin Amr, Rasulullah SAW bersabda, “Puasalah tiga hari dari setiap bulan. Sesungguhnya amal kebajikan itu ganjarannya 10 kali lipat, seolah ia seperti berpuasa sepanjang masa” HR Bukhari-Muslim. Selain puasa ayyamul bidh, ada pula puasa Asyura yang dilakukan tiap tanggal 10 Muharram. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Umar, Nabi SAW pernah memerintahkan para pengikutnya untuk berpuasa pada 10 Muharram. Hal ini berlaku sampai ketika datangnya perintah Allah SWT mengenai puasa Ramadhan. Ulin mengatakan, sebelumnya puasa Asyura itu wajib bagi umat Islam. Namun, sejak turunnya al-Baqarah ayat 183, maka amalan tersebut berubah statusnya menjadi sunah, sedangkan puasa Ramadhan-lah yang wajib. “Demikianlah bahwa sebelum diwajibkannya puasa selama sebulan penuh Ramadhan, Allah telah mengajari umat Nabi Muhammad SAW dengan puasa tiga hari di setiap bulannya dan puasa Asyura. Adapun hikmah yang dapat dipetik adalah bahwa Allah sekali-kali tidaklah membebani manusia kecuali sesuai dengan tingkat kesanggupannya,” tulisnya. Artinya, ada pembiasaan sebelum datangnya keharusan untuk berpuasa satu bulan penuh. Mula-mula, umat terbiasa melakukan shiam tiap pertengahan bulan serta hari Asyura. Maka begitu diwajibkan atasnya berpuasa Ramadhan, mental mereka sudah siap.
rasulullah pernah mengatakan puasalah kamu supaya
KarenaRasulullah saw. suka berbuat kebaikan. Berikut ini adalah contoh-contoh perbuatan baik yang selalu dilakukan beliau. 1. Salat Tarawih Berjamaah Di Malam Hari Setelah Salat Isya. Rasulullah saw. pernah mengatakan: "Puasalah kamu, supaya sehat". 5. Melatih Kesabaran (Pengendalian Diri) Ibadah puasa dapat juga membentuk sikap sabar

Jakarta - Perintah puasa Ramadhan disyariatkan pada tahun kedua Hijriah untuk pertama kalinya. Tepatnya pada hari Senin tanggal 10 Sya'ban pada satu setengah tahun setelah Rasulullah SAW dan umat Islam berhijrah dari Kota Mekah ke kota Madinah."Puasa Ramadhan pertama disyariatkan pada hari Senin, bulan Sya'ban, tahun ke-2 Hijriah," bunyi tulisan Syekh Sulaiman Ahmad Yahya Al Faifi dalam buku Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid pertama puasa Ramadhan mulai disyariatkan pertama kalinya juga bertepatan setelah umat Islam diperintahkan memindahkan kiblatnya dari Masjid Al Aqsa ke Masjidil Haram. Sebagaimana diungkap dalam buku Tuntunan Puasa menurut Al Quran dan Sunah yang ditulis oleh Alik al 10 Sya'ban pada tahun ke-2 Hijriah itulah, Rasulullah SAW mulai menunaikan ibadah puasa Ramadhan sepanjang hidupnya. Dari awal perintah puasa Ramadhan turun hingga beliau wafat, setidaknya Rasulullah SAW telah melaksanakan sembilan kali puasa dalam sembilan puasa Ramadhan ini pun termaktub dalam firman Allah surat Al Baqarah ayat 183. Berdasarkan ayat ini, dapat dipahami bahwa ibadah puasa sudah ada sejak masa sebelum kerasulan Nabi Muhammad SAW,يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَBacaan latin Yā ayyuhallażīna āmanụ kutiba 'alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba 'alallażīna ming qablikum la'allakum tattaqụnArtinya "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,"Setelah turun ayat di atas, puasa Ramadhan menjadi kewajiban bagi tiap muslim yang memenuhi syarat dan rukun yang telah diatur syariat. Tepatnya, bagi para mukalaf yang sehat, berakal, baligh dan mampu melaksanakan puasa selama satu bulan bila seorang muslim yang memenuhi syarat sah puasa namun enggan berpuasa, Rasulullah SAW pernah bersabda mengenai ancaman yang akan dikenakan bagi mereka. Rasulullah mengatakan, muslim tersebut bahkan tidak dapat menggantinya meski berpuasa selama perkara puasa Ramadhan merupakan amalan yang wajib dikerjakan oleh tiap muslim. Berikut bunyi haditsnya,"Barangsiapa yang tidak berpuasa sehari di bulan Ramadhan, tanpa ada alasan yang dibenarkan oleh Allah, maka dia tidak bisa menggantinya meski dengan puasa setahun," HR Abu Dawud.Awal puasa Ramadhan 2022Bila puasa Ramadhan disyariatkan pada tahun ke-2 Hijriah untuk pertama kalinya, lantas kapan pelaksanaan puasa Ramadhan pada tahun 1443 H atau tahun 2022 ini?Secara pasti, pemerintah belum menetapkan kapan jatuhnya 1 Ramadhan 1443 Hijriah menurut sistem penanggalan kalender Masehi. Namun, salah satu organisasi massa ormas Islam merilis jadwal perkiraan awal Ramadhan jadwal tersebut diunggah dalam Kalender Islam Global 1443 H terbitan dari Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Ormas Islam tersebut melakukan konversi penanggalan Hijriah menjadi Masehi sesuai dengan Kriteria Kongres Turki pada tahun prediksi kalender tersebut, jadwal puasa Ramadhan 2022 akan dimulai pada Sabtu, 2 April 2022 mendatang. Kemudian, 30 Ramadhan 1443 H atau hari terakhir puasa akan jatuh pada Minggu, 1 Mei 2022 yang disusul dengan Hari Raya Idul Fitri pada 2-3 Mei itu, didasarkan dari perkiraan kalender tersebut, puasa Ramadhan 2022 akan berlangsung selama 51 hari lagi. Jadi, yuk mulai siapkan amalan yang telah turun perintahnya sejak tahun ke-2 Hijriah ini sebaik mungkin! Simak Video "Sholawat" [GambasVideo 20detik] rah/row

Danpuasa (sunnah) yang paling dicintai Allah adalah puasa (seperti) Nabi Daud alaihissalam. Beliau tidur separuh malam, lalu shalat sepertiganya 1 / 3 - nya dan tidur seperenamnya lagi. Beliau puasa sehari dan berbuka sehari. (HR Bukhari). Selain itu juga ada hadits lainnya yang menegaskan syariat puasa Daud. - Umat muslim mulai berpuasa hari pertama Ramadan pada Selasa 13/4. Tak hanya kewajiban dalam rukun Islam, berpuasa juga bisa membuat tubuh kita sehat. Hal itu diungkapkan oleh Imam Besar Masjid Cut Meutia Ustadz Mahfud Mustofa kepada baru-baru ini. Ia mengatakan selain wajib bagi umat muslim, berpuasa dalam hadist Nabi Muhammad SAW membuktikan bisa membuat tubuh lebih sehat. "Jelas hadistnya bahwa, berpuasalah kalian bahwa puasa itu akan sehat buat hidup kalian. Ini cerita nyata. Saya punya maag lambung justru jadi sembuh karena makan dengan teratur. Membuat saya lebih sehat," katanya. "Kalau Nabi hanya menyampaikan itu. Tentang puasa kepada umatnya bahwa puasa akan menjadi sehat. Umatnya merasakan sendiri. Termasuk saya sendiri," tambah Ustadz Mahfud. Menurutnya, ada satu lagi soal sunah puasa sesuai hadist Nabi bahwa sebaiknya masyarakat berbuka puasa dengan makanan dan minuman yang manis. Selain itu, sebaiknya mengonsumsi makanan dan minuman yang matang namun tidak dimasak. "Kalau saya malah sebelum yang namanya takjil cukup dengan 3 kurma minum air putih saat berbuka. Malah sunah nabi kalau bisa buka puasa dengan sesuatu yang matang tapi tak dimasak. Seperti kurma, pisang, namun karena sudah tradisi jadi sekarang sudah membuat kolak yang jadi menu takjil," katanya. "Intinya Nabi tak pernah makan berlebihan atau balas dendam saat berbuka puasa," tandasnya. Terkini Dalamsebuah sabdanya Nabi Muhammad SAW pernah bersabda "Puasalah kamu niscaya kamu akan? A. Beruntung. B. Sehat. C. Kaya. D. Haus. E. Semua jawaban benar. Jawaban yang benar adalah: B. Sehat. Dilansir dari Ensiklopedia, dalam sebuah sabdanya nabi muhammad saw pernah bersabda "puasalah kamu niscaya kamu akan Sehat. Hukum puasa Rajab selalu menjadi bahan perbincangan banyak orang. Masyarakat masih bertanya-tanya bagaimana sesungguhnya kedudukan puasa Rajab dalam Islam apakah disunnahkan atau dilarang? Jawaban dari pertanyaan ini tentu bukanlah sesuatu yang baru. Sudah banyak ulama yang menjelaskan mengenai tetapi, setiap masuk bulan Rajab selalu saja ada orang ataupun kelompok yang menafikan kebolehan amal baik itu. Alasan yang mereka kemukakan biasanya sangat khas dan itu-itu saja adakah hadis spesifik tentang kesunnahan puasa Rajab atau pernahkah Rasulullah SAW pertanyaan semacam ini pernah diutarakan Utsman Ibn Hakim al-Anshari terhadap Sa’id Ibn Jubair. Dialog antara keduanya dicatat oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya. Berikut kutipannyaسألت سعيد بن جبير عن صوم رجب فقال سمعت بن عباس يقول كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصوم حتى نقول لا يفطر ويفطر حتى نقول لا يصوم“Saya bertanya kepada Sa’id Ibn Jubair tentang puasa Rajab, beliau menjawab berdasarkan kisah dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW senantiasa berpuasa sampai kami berkata nampaknya beliau akan berpuasa seluruh bulan. Namun suatu saat beliau tidak berpuasa sampai kami berkata, nampaknya beliau tidak akan puasa sebulan penuh.” HR MuslimHadis ini menunjukan Rasulullah pernah mengerjakan puasa di bulan Rajab walaupun tidak sebulan penuh. Ini sekaligus membuktikkan puasa Rajab bukanlah termasuk perkara bid’ah tercela. Supaya lebih jelas, Imam al-Nawawi dalam Syarah Muslim menjelaskan الظاهر أن مراد سعيد بن جبير بهذا الاستدلال أن لا نهي عنه ولا ندب فيه لعينه بل له حكم باقي الشهور ولم يثبت في صوم رجب نهي ولا ندب لعينه ولكن أصل الصوم مندوب إليه وفي سنن أبي داود أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ندب إلى الصوم من الأشهر الحرم ورجب أحدها“Maksud Sa’id Ibn Jubair beristidlal dengan hadis ini adalah pada dasarnya Rasulullah SAW tidak melarang puasa Rajab dan tidak pula menyunnahkannya. Akan tetapi, hukum puasa Rajab sama dengan puasa di bulan lain. Tidak ada dalil spesifik yang melarang puasa Rajab dan menyunnahkannya. Pada hakikatnya, hukum puasa adalah sunnah. Dalam Sunan Abu Dawud dijelaskan bahwa Rasulullah SAW mensunnahkan puasa di bulan haram asyhur hurum dan Rajab salah satu dari bulan tersebut.”Dari penjelasan Imam al-Nawawi di atas dapat dipahami bahwa melakukan puasa di bulan rajab adalah sunnah dengan beberapa alasan pernah, dilihat dari hukum asalnya, puasa disunnahkan kapan pun selama tidak dikerjakan pada waktu terlarang, seperti hari raya Idhul Fitri atau Idhul Adha; kedua, meskipun tidak ditemukan dalil spesifik terkait puasa Rajab, namun perlu diperhatikan, Rasulullah SAW mensunnahkan puasa di bulan haram asyhur hurum dan Rajab termasuk salah satu dari bulan haram. Wallahu a’lam. Hengki Ferdiansyah IbnJurayj mengatakan semasa Penawanan Mekah, Nabi Muhammad ﷺ mengambil kunci Kaabah daripada 'Uthmân b. Talha. Baginda memasuki Kaabah, lalu keluar sambil membaca, "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu supaya memulangkan amanah kepada pemilik yang sebenarnya."[an-Nisâ' (4): 58]. Sungguhpun 'Uthmân b.
Tilmidzi “Puasa apakah yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW sebelum datang puasa Ramadhan?” Mudariszi “Salah satu puasa yang dijalankan oleh Rasulullah SAW dan sahabat sebelum datang kewajiban puasa Ramadhan, yaitu puasa Asyura. Puasa Asyura telah dikerjakan oleh penduduk Mekkah sebelum Al Qur’an turun. Dan hal itu dijelaskan sunnah Rasulullah ini Dan Aisyah, ia berkata “Kaum Quraisy dahulu sama puasa pada hari Asyura, yaitu di zaman Jahiliyah, kemudian Rasulullah SAW memerintahkan agar para sahabatnya berpuasa pula.” HR Bukhari Dari Jabir bin Samurah, dia berkata “Dahulu Rasulullah SAW pernah menyuruh kami untuk berpuasa pada hari Asyura, menganjurkannya, dan senantiasa memperhatikan keadaan kami ketika menjelang tanggal sepuluh bulan Muharram.” HR Muslim Ketika hijrah ke Madinah, Rasuluillah SAW dan sahabat tetap berpuasa Asyura, sekalipun puasa Asyura itu dikerjakan pula oleh kaum Yahudi guna menghormati kemenangan Nabi Musa dan Bani Israil atas Fir’aun. Rasulullah SAW menjelaskan hal itu sebagai berikut Dari Ibnu Abbas, dia berkata “Sesungguhnya Rasulullah SAW setiba di Madinah, beliau mendapati orang-orang Yahudi sama melakukan puasa pada hari Asyura. Ketika ditanya tentang puasanya itu, mereka sama menjawab “Hari ini adalah hari kemenangan yang telah diberikan oleh Allah kepada Nabi Musa dan kaum Bani Israil atas Fir’aun. Karena itulah kami merasa perlu untuk berpuasa pada hari ini sebagai penghormatan kami padanya.” Mendengar jawaban itu Rasulullah SAW bersabda “Kami lebih berhak daripada kalian dalam hal ini.” Kemudian beliau menyuruh para sahabat untuk berpuasa pada hari itu.” HR Muslim Setelah datang kewajiban puasa Ramadhan, Rasulullah SAW membolehkan puasa Asyura bagi siapa yang mau mengerjakannya, dan itu dijelaskan sebagai berikut Dari Aisyah, dia berkata “Sesungguhnya kaum Quraisy pada zaman Jahiliyah selalu berpuasa pada hari Asyura dan Ra­sulullah SAW juga berpuasa pada hari itu. Kemudian ketika beliau sudah berhijrah berimigrasi ke Madinah, beliau tetap berpuasa pada hari itu. Beliau juga menyuruh para sahabat untuk berpuasa pada hari itu juga. Namun ketika puasa bulan Ramadhan telah diwajibkan, beliau bersabda “Barangsiapa yang menghendakinya, tentu dia diperbolehkan berpuasa pada hari itu, dan barangsiapa yang tidak menghendakinya, dia juga diperbolehkan untuk meninggalkannya.” HR Muslim Tilmidzi “Apakah mendapat pahala dengan mengerjakan puasa Asyura?” Mudariszi “Ya! Rasulullah SAW menjelaskan hal itu sebagai berikut Dari Qatadah, bahwasanya Rasulullah SAW ber­sabda “Puasa hari Asyura itu, sesungguhnya saya bermohon kepada Allah agar dapat menghapus dosa satu tahun yang sebelumnya.” HR Tirmidzi Tilmidzi “Apakah Rasulullah SAW mengerjakan puasa yang lain?” Mudariszi “Setelah datang kewajiban puasa di bulan Ramadhan, Rasulullah SAW mengerjakan puasa bersambung puasa wishal atau tidak berbuka. Puasa wishal Rasulullah lalu diikuti sahabat, itu dijelaskan sunnah Rasulullah ini Dari Anas, dia berkata “Sesungguhnya Rasulul­lah SAW pernah mengerjakan sembahyang di bulan Ramadhan. Seben­tar kemudian saya datang lalu ikut berdiri di samping beliau. Kemudian datang lagi orang lain dan ikut pula berdiri di sampingku begitu seterus­nya, sampai jumlahnya kira-kira sebanyak sepuluh orang. Ketika Rasulullah SAW merasa bahwa ada beberapa orang berada di sampingnya, beliau mengerjakan sembahyang secukupnya saja kemudian bergegas masuk ke rumah untuk melanjutkan sembahyang lagi yang tidak sebagaimana biasanya. Pagi harinya aku tanyakan hal itu kepada beliau “Apakah semalam Anda sengaja memberikan pelajaran kepada kami?” Beliau menjawab “Betul, itulah alasan yang mendorongku melakukan­nya.” Anas berkata “Kemudian Rasulullah SAW melakukan puasa sambung. Hal itu terjadi di akhir bulan Ramadhan. Mengetahui hal itu, maka ada beberapa orang sahabat yang ikut-ikutan berpuasa sambung. Rasu­lullah SAW kemudian bersabda “Apa maunya orang-orang itu ikut-­ikutan berpuasa sambung bersamaku! Sesungguhnya mereka itu tidak seperti aku. Demi Allah, seandainya saja bulan ini ditambah untukku, niscaya aku akan terus berpuasa biar hal itu menjadi pelajaran bagi mereka yang keras kemauannya itu.” HR Muslim Tilmidzi “Apakah Rasulullah SAW melarang sahabat puasa wishal?” Mudariszi “Ya! Rasulullah SAW melarang sahabat mengikuti beliau berpuasa wishal, sebagai berikut Dari Anas dari Rasulullah SAW, beliau bersabda “Janganlah kamu wishal puasa tidak berbuka.” Para sahabat berkata “Sesung­guhnya engkau wishal puasa tidak berbuka.” Beliau bersabda “Aku tidak seperti salah seorang di antaramu. Sesungguhnya aku diberi makan dan minum.” Atau dalam salah satu riwayat disebutkan “Sesungguh­nya pada setiap malam aku diberi makan dan minum oleh Allah.” HR Bukhari Dari Abu Hurairah, dia berkata “Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda “Hendaklah kalian semua jangan berpuasa sambung.” Mereka berkata “Bukankah Anda sendiri juga melakukan­nya, ya Rasulullah?” Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya kalian dalam hal ini tidak seperti aku. Sebab di waktu malam aku diberi makan dan minum oleh Tuhanku. Sebaiknya kalian beramal sebatas kemampu­an kalian saja.” HR Muslim Rasulullah SAW melarang sahabat berpuasa wishal karena alasan ini Dari Abdullah bin Amr, dia berkata “Sesung­guhnya Rasulullah SAW bertanya kepadaku “Benarkah kamu selalu melakukan sembahyang pada malam hari dan berpuasa pada siang hari­nya?” Aku jawab “Benar.” Rasulullah SAW bersabda “Kalau terus-terusan kamu lakukan itu, maka matamu akan merasa ngantuk dan badanmu menjadi lemah. Matamu itu punya hak atas dirimu. Dirimu punya hak atas dirimu sendiri. Dan isterimu juga punya hak atas dirimu. Oleh karena itu, beribadahlah pada malam hari tetapi juga tidurlah, ber­puasalah tetapi juga berbukalah.” HR Muslim Tilmidzi “Apakah Rasulullah SAW menyuruh sahabat untuk berpuasa sunnat yang lain?” Mudariszi “Ya! Dan Rasulullah SAW menjelaskan hal itu sebagai berikut Dari Yahya, dia berkata “Abu Salamah berkata “Bahwa sesungguhnya Abdullah bin Amr bin Al Ash pernah me­riwayatkan hadits kepadaku. Kata Abdullah “Dahulu, aku pernah berpuasa selama satu tahun penuh dan membaca Al Qur’an setiap malam hari. Lantas suatu saat aku diadukan kepada Rasulullah SAW. Beliau lantas mengutus seorang kurir untuk memanggilku. Tentu saja aku penuhi panggilan beliau itu. Rasulullah SAW menanyaiku “Betulkah kamu berpuasa sampai setahun penuh dan biasa membaca Al Qur’an hampir setiap malam?” Aku jawab “Betul, wahai Rasulullah. Tetapi hal itu aku maksudkan hanya demi kebaikan saja.” Rasulullah SAW bersabda “Sebenarnya sudah cukup bagimu berpuasa tiga hari dalam setiap bulan.” Aku katakan kepada beliau “Wahai Rasulullah, se­sungguhnya aku mampu melakukan lebih dari itu.” Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya isteri punya hak atas dirimu.” Selanjutnya beliau bersabda “Maka dari itu, berpuasalah seperti puasanya Nabi Daud. Sesungguhnya Daud adalah termasuk orang-orang yang pa­ling taat beribadah.” Aku katakan kepada beliau “Wahai Rasulullah, bagaimana cara Nabi Daud berpuasa?” Beliau menjawab “Nabi Daud biasa berpuasa sehari dan tidak berpuasa sehari.” Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda “Bacalah Al Qur’an pada tiap-tiap bulan.” Aku katakan kepada beliau “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mampu me­lakukan lebih dari itu.” Beliau bersabda “Bacalah Al Qur’an sampai khatam sekali dalam dua puluh hari.” Aku katakan kepada beliau “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mampu melakukan lebih cepat dari itu.” Beliau bersabda “Kalau begitu bacalah Al Qur’an sampai khatam sekali dalam sepuluh hari.” Aku katakan kepada beliau “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mampu melakukan lebih cepat dari itu.” Beliau bersabda “Kalau begitu bacalah Al Qur’an sampai khatam sekali dalam tujuh hari. Jangan kamu sangkal lagi hal itu. Sebab isterimu mempunyai hak atas dirimu. Temanmu punya hak atas dirimu. Bahkan kamu juga punya hak atas dirimu sendiri.” HR Muslim Tilmidzi “Bagaimana puasa Nabi Daud tersebut?” Mudariszi “Rasulullah SAW menjelaskan tentang puasa dan shalat Nabi Daud sebagai berikut Dari Abdullah bin Amr, dia berkata “Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya puasa yang paling disukai oleh Allah ialah puasanya Nabi Daud. Sembahyang yang pa­ling disukai oleh Allah ialah sembahyangnya Nabi Daud. Dia tidur sampai tengah malam, kemudian melakukan ibadah pada sepertiganya dan sisanya lagi dia pergunakan untuk tidur kembali. Nabi Daud ber­puasa sehari dan tidak berpuasa sehari.” HR Muslim Nabi Daud yang juga seorang Raja, memimpin rakyatnya dengan adil dan berperang berjihad melawan orang-orang kafir yang ingin melenyapkan agama Allah. Nabi Daud ingin agar Allah SWT mengaruniakan petunjuk dan pertolongan kepadanya supaya beliau dapat memimpin dengan tubuh yang kuat dan akal pikiran yang benar. Karena itu puasa Nabi Daud merupakan puasa yang utama. Rasulullah SAW menjelaskan hal itu sebagai berikut Dari Abdullah bin Amr bin Al Ash, dia ber­kata “Rasulullah SAW bersabda “Kalau begitu berpuasalah seperti puasanya Nabi Daud.” Aku ber­tanya “Bagaimana cara puasanya Nabi Daud itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab “Dia berpuasa sehari dan tidak berpuasa sehari. Akan tetapi dia tetap tegar dalam menghadapi musuh di medan pertempur­an.” HR Muslim Dari Abdullah bin Amr, ia berkata “Rasulullah SAW ber­sabda “Puasalah sehari dan berbukalah sehari. Yang demikian itu adalah seperti puasa Nabi Dawud dan itulah puasa yang utama.” HR Bukhari Tilmidzi “Jika demikian, apakah tidak ada puasa setahun?” Mudariszi “Tidak ada puasa selama setahun. Dan Rasulullah SAW menjelaskan hal itu sebagai berikut Dari Abu Qa­tadah, dimana ia berkata “Ditanyakan kepada Rasulullah SAW “Wahai Rasulullah, bagaimana bagi orang yang berpuasa sepanjang tahun?” Beliau bersabda “Tidak ada puasa dan tidak ada berbuka sepanjang tahun atau ia tidak boleh berpuasa dan tidak boleh berbuka sepanjang tahun.” HR Tirmidzi Dari Abdullah bin Amr, dia berkata “Bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda kepadaku “Ketahuilah, sesungguhnya tidak dianggap berpuasa orang yang justru berpuasa terus menerus.” HR Muslim Tilmidzi “Bagaimana dengan puasa tiga hari setiap bulan?” Mudariszi “Rasulullah SAW menyuruh sahabat puasa tiga hari setiap bulan, sebagai berikut Dari Mu’adzah Al Adawiyah, ia bertanya kepada Aisyah “Apakah Rasulullah SAW biasa berpuasa tiga hari setiap bulan?” Aisyah menjawab “Betul. Memang itu yang biasa beliau lakukan.” Ia bertanya lagi kepada Aisyah “Pada hari-hari apakah Rasulullah SAW biasa berpuasa pada bulan-bulan tersebut?” Aisyah menjawab “Beliau tidak terlalu mempersoalkan itu dalam menjalankan puasanya.” HR Muslim Rasulullah SAW tidak menetapkan hari-hari khusus ketika berpuasa tiga hari setiap bulan tersebut, beliau berpuasa tiga hari setiap bulan itu pada hari-hari sebagai berikut Dari Alqamah, saya berkata kepada Aisyah “Apakah Rasulullah SAW mengkhususkan hari-hari dengan sesuatu?” Ia men­jawab “Tidak, amal beliau itu kekal, siapakah di antara kalian yang kuat terhadap sesuatu yang mana Rasulullah SAW itu kuat?” HR Bukhari Dari Aisyah, dimana ia berkata “Rasulullah SAW biasa mengerjakan puasa pada hari Sabtu, Ahad dan Senin dari sesuatu bulan, dan pada bulan yang lain beliau puasa pada hari Selasa, Rabu dan Kamis.” HR Tirmidzi Dari Abdullah, dimana ia berkata “Rasulullah SAW selalu berpuasa tiga hari pada awal setiap bulan, dan jarang sekali Rasulullah berbuka pada hari Jum’at.” HR Tirmidzi Tapi Rasulullah SAW menyeru sahabat agar berpuasa tiga hari setiap bulan di pertengahan bulan yaitu pada tanggal tiga belas 13, empat belas 14 dan lima belas 15. Itu dijelaskan sunnah Rasulullah ini Dari Abu Hurairah, ia berkata “Kekasihku memberi wasiat yakni pesan kepadaku untuk mengerjakan puasa tiga hari dari setiap bulan yakni tanggal tiga belas, empat belas dan lima belas, mengerja­kan shalat Dhuha sebanyak dua raka’at, dan mengerjakan shalat Witir sebelum aku tidur.” HR Bukhari Dari Al-A’masy, dimana ia berkata “Saya mendengar Yahya bin Bassam menceritakan tentang Musa bin Thalhah dimana ia berkata “Saya mendengar Abu Dzarr berkata “Rasulullah SAW ber­sabda “Wahai Abu Dzarr, apabila kamu berpuasa tiga hari dari sesuatu bulan, maka puasalah pada tanggal 13, 14 dan 15.” HR Tirmidzi Tilmidzi “Apakah mendapat pahala jika berpuasa tiga hari setiap bulan?” Mudariszi “Ya! Allah SWT melarang sahabat berpuasa wishal dan menyuruh untuk berbuka puasa. Dengan berpuasa tiga hari setiap bulan, maka sahabat berarti puasa sepanjang tahun karena satu perbuatan baik dibalas-Nya dengan sepuluh kebaikan. Rasulullah SAW menjelaskan itu sebagai berikut Dari Abdullah bin Amr bin Ash, ia berkata “Rasulullah SAW bersabda kepadaku “Dan sesungguhnya cukuplah kiranya jika engkau puasa tiap-tiap bulan tiga hari. Maka untuk setiap kebaikanmu akan dibalas sepuluh kali lipat. Sesungguhnya yang demikian itu sama dengan puasa sepanjang masa.” HR Bukhari Dari Abu Dzarr, dimana ia berkata “Rasulullah SAW ber­sabda “Barangsiapa yang berpuasa tiga hari dari setiap bulan, maka yang demikian itu adalah puasa sepanjang tahun, dimana Allah Yang Maha Pemberkah lagi Maha Tinggi membenarkan yang demikian itu di dalam kitab–Nya “Barangsiapa yang datang dengan mengerjakan ke­baikan, maka ia mendapatkan sepuluh kalinya.” surat Al An’aam ayat 160. Satu hari dibalas dengan sepuluh hari.” HR Tirmidzi Tilmidzi “Apakah Rasulullah SAW membolehkan sahabat berpuasa pada hari-hari khusus?” Mudariszi “Rasulullah SAW melarang sahabat berpuasa pada hari-hari khusus, sebagai berikut Dari Abdullah bin Busr dari saudara perempuannya, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda “Janganlah kamu sekalian berpuasa pada hari Sabtu kecuali puasa yang diwajibkan atas kamu.” HR Tirmidzi Dari Muhammad bin Abbad bin Ja’far, dia berkata “Aku pernah bertanya kepada Jabir bin Abdullah ketika dia tengah melakukan thawaf di sekitar Baitullah Ka’bah “Apakah Rasulullah SAW pernah melarang orang berpuasa pada hari Jum’at saja?” Jabir menjawab “Ya, demi Tuhan Ka’bah ini.” HR Muslim Rasulullah SAW mengizinkan berpuasa di hari Jum’at dengan ketentuan sebagai berikut Dari Abu Hurairah, bahwa sesungguhnya Rasu­lullah SAW telah bersabda “Janganlah kamu mengistimewakan malam Jum’at untuk bersembahyang daripada malam-malam yang lainnya, dan janganlah kamu mengistimewakan hari Jum’at untuk berpuasa daripada hari-hari yang lainnya, kecuali bagi seseorang di antara kamu yang memang harus berpuasa pada hari itu.” HR Muslim Dari Abu Hurairah, ia berkata “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda “Janganlah kamu berpuasa pada hari Jum’at melainkan bersama satu hari sebelumnya atau sesudahnya.” HR Bukhari Tilmidzi “Apakah Rasulullah SAW mengerjakan dan menyuruh puasa hari Senin dan Kamis?” Mudariszi “Rasulullah SAW tidak pernah mengerjakan puasa khusus pada hari Senin dan Kamis. Tidak ada sunnah Rasulullah yang menjelaskan Rasulullah SAW berpuasa khusus pada hari Senin dan Kamis setiap minggu. Dan hal itu dijelaskan sebagai berikut Tersebutlah di dalam riwayat Syu’bah, sesungguhnya Rasulullah SAW ditanya tentang berpuasa hari Senin dan Kamis. Namun kalimat “dan Kamis” sengaja tidak aku singgung-singgung lantaran aku curiga dengan keabsahannya. Pada jalur yang lain, Syu’bah meriwayatkan sebuah hadits yang sama dengan haditsnya Syu’bah tersebut. Hanya saja yang dia sebut cuma kalimat “hari Senin”, dan tidak menyebut kalimat “hari Kamis.” HR Muslim Adapun Rasulullah SAW berpuasa pada hari Senin itu untuk dirinya sendiri yaitu seperti beliau puasa wishal karena alasan berikut ini Dari Abu Qatadah Al Anshari, sesungguhnya Rasulullah SAW pernah ditanya tentang berpuasa pada hari Senin. Rasu­lullah SAW menjawab “Itu adalah hari kelahiranku, dan pada hari itu pula Al Qur’an diturunkan kepadaku.” HR Muslim Dan Rasulullah SAW tidak pernah menyuruh sahabat untuk berpuasa pada hari Senin, demikian pula beliau tidak pernah menyuruh sahabat untuk berpuasa pada hari Senin dan Kamis. Jika Rasulullah SAW puasa pada hari Senin dan Kamis, itu berarti beliau puasa pada hari-hari khusus, padahal beliau melarang puasa pada hari-hari khusus seperti yang telah dijelaskan di atas. Selain itu, jika Rasulullah SAW menyuruh puasa pada hari Senin dan Kamis, itu berarti berpuasa delapan hari setiap bulan, dan itu berbeda jumlah hari dengan puasa tiga hari setiap bulan yang beliau tetapkan. Rasulullah SAW menjelaskan tentang puasa beliau yang jatuh pada hari Senin dan Kamis itu, sebagai berikut Dari Aisyah, dimana ia berkata “Rasulullah SAW bersungguh-sungguh untuk berpuasa pada hari Senin dan Kamis.” HR Tirmidzi Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda “Amal-amal perbuatan itu diangkat pada hari Senin dan Kamis, maka saya ingin agar amal per­buatanku itu diangkat sewaktu saya sedang berpuasa.” HR Tirmidzi Puasa Rasulullah pada hari Senin dan Kamis dalam sunnah Rasuluillah di atas tersebut bukan tidak mungkin puasa tiga hari beliau, karena beliau berpuasa tiga hari setiap bulan itu pada hari-hari sebagai berikut Dari Aisyah, dimana ia berkata “Rasulullah SAW biasa mengerjakan puasa pada hari Sabtu, Ahad dan Senin dari sesuatu bulan, dan pada bulan yang lain beliau puasa pada hari Selasa, Rabu dan Kamis.” HR Tirmidzi Karena itu Rasulullah SAW tidak pernah menyuruh sahabat untuk puasa pada hari Senin dan Kamis. Rasulullah SAW tidak pernah pula menjelaskan balasan pahala dari puasa hari Senin dan Kamis seperti balasan pahala dari puasa-puasa sunnat lain yang beliau tetapkan.” Tilmidzi “Bagaimanakah Rasulullah SAW mengerjakan puasanya?” Mudariszi “Hal itu dijelaskan sunnah Rasulullah berikut ini Dari Aisyah, ia berkata “Pernah Rasulullah SAW lalu berpuasa, sampai-sampai aku mengira bahwa beliau tidak pernah berbuka. Dan juga pernah aku lihat beliau selalu tidak berpuasa atau berbuka, sampai-sampai aku mengira bahwa beliau tidak pernah berpuasa. Tetapi aku belum pernah melihat sama sekali Rasulullah SAW berpuasa satu bulan penuh, kecuali pada bulan Ramadhan. Yang paling sering aku melihat beliau banyak berpuasa ialah kalau bulan Sya’ban.” HR Muslim Dari Aisyah, ia berkata “Dalam kurun waktu satu tahun, maka bulan Sya’ban lah yang seringkali diisi oleh Rasulullah SAW untuk berpuasa. Selanjutnya beliau bersabda “Kerjakanlah amalan-­amalan yang kamu mampui, sebab Allah tidak akan merasa bosan sampai kamu sendiri yang bosan. Dan amalan yang paling baik dan disukai oleh Allah ialah amalan yang selalu dikerjakan oleh seseorang, sekalipun hanya sedikit maupun kecil.” HR Muslim Tilmidzi “Apakah Rasulullah SAW puasa pada hari Arafah?” Mudariszi “Pada waktu Rasulullah SAW mengerjakan Haji, maka beliau tidak berpuasa Arafah, dan hal itu dijelaskan sebagai berikut Dari Ummul Fadhl bin Harits, bahwasanya ada beberapa orang saling berbantahan di dekat Ummul Fadhl mengenai hari Arafah, apakah Rasulullah SAW berpuasa pada hari itu. Maka ada sebagian yang mengatakan “Beliau berpuasa”, dan ada sebagian yang lain mengatakan “Beliau tidak berpuasa.” Oleh sebab itu Ummu Fadhal mengirimkan segelas susu. Pada saat itu beliau sedang berhenti dan berada di atas un­tanya, lalu beliau minum.” HR Bukhari Demikian pula ketika di Mina hari-hari Tasyriq, yaitu Rasulullah SAW melarang sahabat puasa, seperti dijelaskan sebagai berikut Dari Nubaisyah Al Hudzali, dia berkata “Sesung­guhnya Rasulullah SAW bersabda “Hari-hari Tasyriq itu adalah hari-­hari untuk makan dan minum.” HR Muslim Tapi bagi orang-orang yang berhaji Tamattu, maka puasa di Mina atau hari-hari Tasyriq dibolehkan, dan itu dijelaskan sunnah Rasulullah ini Dari Hisyam, ia berkata “Aku diberitahu oleh Ayahku bahwa Aisyah puasa pada hari-hari Mina, dan Ayahnya juga puasa pada hari-hari itu.” HR Bukhari Dari Ibnu Umar, ia berkata “Mergerjakan puasa itu boleh bagi orang yang bertamattu dengan Umrah sampai ke Hajji sehingga pada hari Arafah. Maka jika orang itu tidak mendapatkan hadyu dan tidak puasa, maka dia boleh berpuasa pada hari-hari Mina.” HR Bukhari Puasa Arafah dibolehkan oleh Rasulullah SAW bagi umat Islam yang tidak berhaji dengan balasan pahala sebagai berikut Dari Abu Qatadah, bahwasanya Rasulullah SAW ber­sabda “Puasa pada hari Arafah, sesungguhnya saya bermohon kepada Allah agar dapat menghapus dosa satu tahun sesudahnya dan satu tahun sebelumnya.” HR Tirmidzi Tilmidzi “Jika demikian, puasa sunnat apa sajakah yang disuruh ditetapkan oleh Rasulullah SAW?” Mudariszi “Rasulullah SAW menjelaskan hal itu sebagai berikut Dari Abu Qatadah, seorang lelaki pernah datang menghadap Rasulullah SAW lalu mengajukan pertanyaan “Bagaimana puasa Anda?” Mendengar pertanyaan itu Rasulullah SAW sempat marah. Umar yang melihat hal itu segera berkata “Aku rela Allah sebagai Tuhan. Islam sebagai agama. Dan Muhammad sebagai utusan. Aku ber­lindung kepada Allah dari murka-Nya dan juga dari murka Rasul-Nya.” Kata-kata itu diulang-ulang terus oleh Umar hingga kemarahan di wajah Rasulullah SAW nampak mereda. Barulah kemudian Umar bertanya “Wahai Rasulullah, bagaimana menurut Anda dengan orang yang berpuasa satu tahun penuh?” Rasulullah SAW menjawab “Dia tidak di­anggap berpuasa dan juga tidak dianggap berbuka.” Umar bertanya lagi “Bagaimana menurut Anda dengan orang yang berpuasa dua hari dan berbuka dua hari?” Rasulullah SAW balik bertanya “Apakah ada orang yang sanggup melakukan itu?” Umar kembali bertanya “Dan bagaimana menurut Anda dengan orang yang berpuasa sehari dan berbuka sehari?” Rasulullah SAW menjawab “Yang demikian itulah puasanya Nabi Daud.” Umar bertanya lagi “Bagaimanakah dengan orang yang berpuasa sehari dan berbuka dua hari?” Rasulullah SAW menjawab “Aku suka hal itu, jika aku diberi kekuatan untuk melakukannya.” Selanjutnya beliau bersabda “Berpuasalah cukup tiga hari dalam sebulan. Berpuasa Ramadhan sampai Ramadhan berikutnya ada­lah seperti berpuasa satu tahun penuh. Berpuasa pada hari Arafah yang dilakukan semata mencari pahala Allah, merupakan penebus dosa satu tahun yang telah lewat dan satu tahun yang akan datang. Dan berpuasa pada hari Asyura yang dilakukan semata hanya untuk mencari pahala Allah, merupakan penebus dosa setahun yang telah lewat.” HR Muslim Dari Abu Ayyub Al Anshari, sesungguhnya Ra­sulullah SAW bersabda “Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan, kemudian dia menyusulkannya dengan berpuasa enam hari pada bulan Syawwal, maka seakan-akan dia berpuasa selama setahun.” HR Muslim Dari Ali, dimana ia berkata “Seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW sedangkan waktu itu saya duduk di sisi beliau “Wahai Rasulullah, bulan apakah yang engkau perintahkan kepadaku untuk berpuasa sesudah bulan perin­tahkan kepadaku untuk berpuasa sesudah bulan Ramadhan?” Beliau menjawab “Jika kamu ingin berpuasa sesudah bulan Ramadhan, maka puasalah pada bulan Muharram karena bulan itu adalah bulan Allah; pada bulan itu terdapat suatu hari dimana Allah menerima taubat se­suatu kaum, dan di hari itu pula Allah menerima taubat kaum yang lain.” HR Tirmidzi Tilmidzi “Bagaimana dengan isteri yang ingin berpuasa sunnat?” Mudariszi “Rasulullah SAW menjelaskan hal itu sebagai berikut Dari Abu Hurai­rah dari Rasulullah SAW, dimana beliau bersabda “Seorang istri itu tidak boleh berpuasa satu hari pun selama suaminya berada di sampingnya, kecuali dengan izin suaminya itu selain puasa bulan Ramadhan.” HR Tirmidzi Wallahu a’lam.
Qo94.
  • w5uemio0xb.pages.dev/445
  • w5uemio0xb.pages.dev/366
  • w5uemio0xb.pages.dev/395
  • w5uemio0xb.pages.dev/140
  • w5uemio0xb.pages.dev/37
  • w5uemio0xb.pages.dev/325
  • w5uemio0xb.pages.dev/454
  • w5uemio0xb.pages.dev/20
  • rasulullah pernah mengatakan puasalah kamu supaya